SUBANG - Puluhan warga yang didominasi kaum ibu saat mengikuti sosialisasi kesehatan, terkait dengan penyakit TBC atau Tuberculosis banyak yang tercengang. Sebab, mereka baru mengetahui tentang bahayanya penyakit tersebut.
“Saya kaget setelah mendengar paparan yang diberikan dokter tadi, ternyata penyakit TBC sangat membahayakan dan bisa nepa kepada yang lain, " kata Mutri saat ditemui usai mengikuti sosialisasi dari Dinkes Subang yang disampaikan dr, Afty Masfiah dari Puskesmas Kecamatan Kalijati.
Menurut Komandan Satgas TMMD Kodim 0605 Subang, Letkol Inf. Bambang Raditya mengatakan, kalau tujuan pembejaran atau sosialisasi yang masuk ke program non fisik. Khususnya mengenai TBC agar peserta mampu memahami gejala, cara pnularan, jenis pemerikasaan dan tatalaksana pasien dan lainnya. “Yang jelas penyakit ini menular langsung disebabkan kuman dan bukan penyakit keturunan atau kutukan. Tetapi dapat menyerang siapa saja, namun bisa disembuhkan, " katanya.
Menurut dokter Afty, penyakit ini sebagian besar menyerang paru-paru (dapat menyerang tulang, kelenjar, kulit) dengan gejala pada orang dewasa seperti demam meriang, batuk berdahak, nyeri dada, berkeringat tanpa sebab, dan nafsu makan menurun. Gejala utama yang paling umum berupa berdahak atau tidak berdahakDemam selama 2 minggu yang tidak jelas penyebabnya, termasuk batuk yang bukan gejala utama. Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan, anak lesu, tidak aktif dan tidak nafsu makan. Yang perlu diingat dan diperhatikan, kalau penderita TBC tidak dibati setelah 5 tahun, maka berdasarkan catatan 50% penderita TBC akan mati, 25% jadi kasus kronik dan tetap menular dan 25% sembuh karena daya tahan tubuh tinggi.
Untuk ini masyarakat harus berupaya untuk mencegah penularan TBC. Di kita masih mending karena penderita tidak seperti di Negara maju, mereka diisolasi atau dikurung paksa masuk RS dan tidak boleh berhubungan dengan orang sehat. “Sekali lagi, penyakit yang cepat menulaurnya ini tidak bisa diobati dengan obat lainnya kecuali obat anti Tuberkolusi. Pemberiannya pun tidak sembarangan tetapi harus diberikan oleh tenaga kesehatan. Kalaupun ada penambahan lainnya harus sepengetahun tenaga kesehatan, ” jelas dr. Afty.
Saat minum obat pun yang benar adalah saat perut kosong, pagi hari sebelum makan atau malam hari sebelum tidur dan diberikan jeda antara makanan sekitar setengah jam. Demikian dalam dosis yang diberikan harus oleh petugas kesehatan sesuai dengan berat badan seperti 40 kg menggunakan dosis 3 tablet. Demikian pula saat menelan obatnya yang benar dan baik, bila tidak akan memperparah penderitanya.
Dijelaskannya, penyakit yang akan mempercepat seseorang atau mempermudah timbulnya penyakit TBC. Mereka yang terinfeksi HIV/AIDS, penderita kencing manis atau diabetes mellitus yang lebih dikenal dengan penyakit DM, serta gejala yang tidak harus menunjukkan gejala batuk.Untuk mencegah penyakit ini, bagi bayi dengan Imunisasi BCG pada bayi 0 – 1 bulan mencegah terjadinya TB berat.Menutup mulut dan hidung pada saat batuk atau bersin, mencegah terpercikanya kuman TB di udara. Menampung dahak di tempat tertutup dan dibuang di tempat pembuangan.
Demikian pula menjaga sirkulasi udara di ruangan tertutup dan cahaya matahari yang cukup, berprilaku hidup bersih dan sehat, makanan bergizi, Olahraga teratur, tidak merokok dan minum minuman beralkohol, “Jika sedang menderita batuk sebaiknya menggunakan masker. Tutup mulut dan hidung saat batuk dengan tisue, sapu tangan atau lengan bagian dalam. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, “ pungkasnya. (***)